Sebening Embun Pagi
Embun putih menyelimuti pagi menyapa lembut hijaunya dedaunan
menggeliatkan aroma kebugaran menepis kelelahan semalam
Saat ku buka jendela ku harap kan temukan embun pagi ini
Menggantung pada selembar daun Melepaskan genggamannya
Kemudian jatuh ke bumi yang kering dan tandus
Mendahului panas terik surya agar tidak menguap dan lenyap tak bersisa.
aku hanya ingin bisa terbang laksana camar
Ingin ku jumpai tetesan embun menjelma dalam tiap malamku
Menumbuhkan rindu menimbulkan cinta dan menjelma
Aku bertanya pada tiap angin yang ku jumpa
Aku teriaki burung yang melintas diatasku
Aku tanya semua pantai, teluk, karang dan ikan
Aku bujuki terumbu supaya mereka cerita tentang embun embun itu
Semua menjawab :
Bertanyalah pada matahari dia yang akan meleburmu
Bertanyalah pada angin agar mau untuk menghantarmu
Semoga kau selamat sampai disana
Semoga kau diterima oleh Sang Pecinta
Ini upaya terakhirku agar berguna untukmu
Sudah ku rayu semua teman kabutku
Untuk bersatu menjadi air agar berguna untukmu
Memang aku bukan perayu
Aku tak mampu menjadi perayu
Hanya sunggingan yang selalu kudapat
Jika ku utarakan maksudku pada teman kabutku
Aku ingin mempersembahkan diriku untukmu tetesan embun
Aku ingin memiliki arti untukmu cintaku
Meskipun hanya setetes jangan kau siakan pengorbananku
Karena aku tak kuasa mendengar ratapan embun pada dedaunan
Yang Hingga Kini Tidak Pernah Ada Yang Mau Mendengarkan........
Telah ku pasrahkan jiwa telentang
Telah berdarah kulit pembungkus tulang
Di penghujung malam ini ketika rembulan dan angin ditelan sepi
dan embun mulai menitik membasahi bumi ini
Tuhan, jangan biarkan aku tersesat di puncak tebing !
Dan terjatuh ke lembah kenistaan.
0 comments:
Post a Comment